Sabtu, April 12, 2008

Seminar Kemandirian Bangsa Indonesia 2008 di Semarang

SEMARANG (10/4/2008) berlangsung Seminar Kebangsaan 2008 dengan tema Kemandirian Bangsa Indonesia Pasca Reformasi Dalam Menghadapi Arus Ancaman dan Tantangan Globalisasi dengan moderator Drs. Adi Eko Priyono (Wakil Pimpinan Umum Suara Merdeka) dan pembicara Prof. Dr. H. Amin Rais MA (Guru Besar FISIPOL UGM Yogyakarta), Prof. Soetjipto Rahardjo, SH (Guru Besar FH Undip Semarang), Ir. Solechedy (Ketua Umum KADIN Jateng) dan Dr. M. Zeini Aboe Amin (Pimpinan BI/Koordinator BI Jateng-DIY). Acara ini diikuti sekitar 200 orang dari kalangan pegawai pemerintahan di Semarang dan mahasiswa Unisbank. Turut hadir dalam acara ini Prof. Dr. Budi Prayitno (Asisten III Gubernur Jateng yang mewakili Gubernur Jateng, Drs. H. Ali Mufiz MPA) dan Prof. Y. Sutomo, M.M. (Rektor Unisbank).di Kampus Unisbank Jl. Kendeng V Bendan Ngisor Semarang

Prof. Dr. H. Amin Rais MA (Guru Besar FISIPOL UGM Yogyakarta) menyatakan globalisasi merupakan bentuk new imperialism dan colonialism ekonomi dengan cara lain. Hal ini juga pernah diungkapkan Bung Karno, oleh karenanya kita harus selalu waspada terhadap produk-produk globalisasi. Globalisasi saat ini juga bisa diartikan kesewenang-wenangan negara maju terhadap negara yang berkembang secara lebih tersistematisasi. Saat ini, banyak negara-negara berkembang di dunia yang dikuasai para korporat. Hal ini dikarenakan para korporat berhasil menggabungkan tujuannya dengan political will pemerintah negara-negara berkembang. Contoh korporat yang berhasil menggabungkan tujuannya dengan political will pemerintah Indonesia yaitu PT Freeport, Newmount Minahasa Raya, Exxon Mobile, dsb. Para korporat juga berhasil mengkooptasi kaum cendekiawan di negara-negara berkembang, sehingga para kaum cendekiawan tersebut membenarkan tindakan apapun yang dilakukan para korporat di negara-negara berkembang. Negara yang maju adalah negara yang mandiri membangun bangsanya tanpa campur tangan para koorporat seperti halnya Cina, Malaysia, Iran dan India. Indonesia saat ini sudah tunduk kepada mantra guna-guna para koorporat sehingga Indonesia sulit bangkit dari keadaan keterpurukan ini. Sebagai contoh dijualnya saham INDOSAT kepada Temasek Singapura. Bahkan ada rencana menjual aset 44 BUMN kepada pihak asing seperti : Garuda, BNI 46, Sucofindo, Pelindo, dsb. Sementara itu, Prof. Soetjipto Rahardjo, SH (Guru Besar FH Undip Semarang) menyatakan globalisasi melahirkan perubahan struktur sistem ekonomi yang tidak lagi berbasis negara atau bangsa melainkan internasional, sehingga muncul istilah Multi-National Coorporation dan Trans-National Coorporation. Menurut Barat dan IMF melihat krisis moneter yang menimpa Asia pada tahun 1997 termasuk Indonesia disebabkan Indonesia tidak menjalankan liberalisasi yang cukup cepat. Untuk bangkit, Indonesia harus membangun kekuatannya sendiri dengan determinasi yang tinggi tanpa keraguan untuk mencapai apa yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar: