Rabu, Maret 19, 2008

Dialog Terbatas "Menyingkap Tabir papua"



",,kita orang Papua juga pintar, tidak kalah dengan yang lain,,kita ini sedang berdialog, meskipun hati panas tetapi kepala harus tetap dingin,," itulah sepenggal kata-kata yang diucapkan oleh Nich di sela-sela dialognya dengan 25 orang peserta yang terdiri dari mhasiswa, LSM, dan para undangan.
Denpasar (19/03/08) - Berlokasi di kantor PBHI di Jl. Tjok Agung Tresna no. 49, berlangsung dialog terbatas dengan tema "Menyingkap Tabir Papua". Sebagai pembicara dalam dialog tersebutadalah Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Organisasi Papua Merdeka (OPM) Nicholas Simion Messet, Ketua Badan Pengurus PBHI (Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM) I Wayan Suardana, Ngurah Karyadi SH (Pemerhati Sosial) Dalam dialog tersebut Nikholas menekankan poin-poin penting kepada seluruh masyarakat Papua, baik yang ada di Papua, di Jawa dan dimana saja di seluruh wilayah tanah air untuk terus mengembangkan diri, dan berprestasi. Dengan tujuan setelah pintar dan sukses kembali ke tanah Papua untuk membangun dan mensejahterakan rakyat Papua. Kemudian usaha-usaha untuk terus melepaskan diri dari Indonesia pada dasarnya adalah sulit dan harga yang harus dibayar untuk tujuan tersebut juga tidak murah , oleh karena itu, lanjut Nikholas "marilah kita memerdekakan rakyat Papua, dengan cara tetap dalam kerangka NKRI. Melalui kebijakan otsus dari pemerintah, kita manfaatkan sebaik-baiknya kebijakan itu untuk kesejahteraan rakyat Papua". "Demi mempelancar itu semua, masalah-masalah di masa lalu, sudahlah lebih baik kita lupakan saja, yang lalu biarlah berlalu, untuk saat ini, dengan otsus yang sudah diberikan pada kita, mari kita manfaatkan demi masa depan masyarakat Papua yang lebih baik" lanjut Nikholas.
Berbeda dengan pendapat tentang masalah HAM. Ngurah Karyadi dan I Wayan Suardana, mengungkapkan bahwa masalah HAM di Papua tidak boleh dilupakan begitu saja. Meskipun berbeda pendapat dalam persepsi penanganan pelanggaran HAM, solusi otonomi khusus yang diberikan kepada Papua merupakan jalan keluar yang terbaik bagi rakyat Papua.
Di Papua sendiri terjadi perbedaan persepsi diantara kelompok muda dan kelompok tua. Kelompok muda tetap ingin memisahkan diri dari NKRI sedangkan kelompok tua lebih memilih untuk menerima kebijakan otsus dan mengembangkan Papua dengan kebijakan tersebut.
Perbedaan tersebut terlihat jelas saat dialog terjadi dimana salah satu peserta asla Papua, Wensi mengungkapkan pendapatnya bahwa "otsus bukanlah solusi terbaik bagi masyarakat Papua, otsus malah membentuk raja-raja kecil di daerah yang merampas uang rakyat". " Dengan adanya otsus bukan berarti keinginan untuk merdeka semakin surut malah sebaliknya, keinginan itu semakin meng-kristalisasi". Di akhir pernyataanya,ia menuntut diadakannya dialog antar pemerintah dan masyarakat Papua sebagai solusi dari permasalahan yang ada.
Begitu pula dengan tanggapan dari Diaz mamere peserta asal Timor Leste yang mengatakan bahwa dirinya tidak yakin dana otsus akan mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Papua. Karena menurutnya pejabat-pejabat Papua/eli-elit disana hanya menjadi boneka dari pemerintah pusat saja.
Perbedaan pendapat semakin kental terasa saat Nicholas menjawab pertanyaan Diaz yang cukup memancing emosi Nich, sehingga salah satu peserta asal Papua berteriak kemudian berdiri dan langsung mencoba menyerang Nich, namun usaha nya gagal karena peserta yang hadir berhasil menenangkan emosi para peserta asal Papua yang lain, yang turut emosi mendengar pernyataan Nich.
Acara akhirnya dilanjutkan dan selesai pada pukul 18.00 wita. Meskipun sempat terjadi adu mulut,di akhir acara para peserta asal Papua dan Nich saling bersalam-salaman dan meminta maaf karena sempat emosi dan membuat gaduh suasana dialog ini. (*bim)

Tidak ada komentar: