Kamis, Maret 06, 2008

Pilkada-Opini

Sejak bergulirnya demokrasi di Indonesia, daerah-daerah di Indonesia mulai memilih sendiri pimpinan daerahnya. Tidak seperti dulu yang pimpinannya ditunjuk langsung oleh presiden. Tapi, pilkada sekarang juga dirasakan lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Contohnya aja calon pimpinan daerah harus memiliki banyak uang kalau mau dicalonkan oleh partai. Hasilnya ya bisa kita liat sendiri setelah mereka menjabat. Program yang digembar-gemborkan waktu kampanye tidak ada yang terealisasi. Mereka cenderung mengumpulkan uang untuk kantongnya sendiri untuk persiapan pemilihan berikutnya. Belum lagi, ada juga calon yang nggak mau kalah. Sama saja kayak anak kecil yang maunya menang terus, kalau nggak menang ngadu sama orang tuanya.he...he...
Tapi kita juga nggak boleh munafik, nggak jarang juga Pilkada yang sukses. Contohnya di Ibukota negara Indonesia. Kita bisa lihat kalau pihak Adang-Dani yang kalah bisa ikhlas menerima kekalahannya dan mendukung kepemimpinan Bang Fauzi Bowo. Pilkada yang diprediksi bakal ricuh ternyata bisa juga berjalan lancar.

Nah sekarang giliran ente ente yang baca kasih komen soal pilkada yang ada di daerah ente berada.(MRT)

6 komentar:

Putra Rakyat mengatakan...

Di tempat saya, jawa tengah, pilkada belum memasuki tahapan resmi dari KPU. namun, layaknya pemilu 2009 yang bahkan sudah terasa saat ini, di jteng pun demikian. Kemudian yang saya cermati ialah budaya demokrasi yang ada di Indonesia. Sayang, dalam pesta demokrasi di Indonesia bukanlah pesta rakyat dalam arti sesungguhnya. Pesta satu-satunya yang dinikmati rakyat hanyalah suguhan goyang-goyang dangdut cap kaki babu di atas panggung yang berdecit. harusnya rakyat bisa ikut berpesta dalam artian sesungguhnya apabila merasakan kemenangan yang sama dengan sang penguasa. bagaimana caranya? merasakan kemenangan tentunya harus ikut berkompetisi, namun tidak perlu sampai menjadi ca kada. cukup proaktif sebagai rakyat yang pintar. proaktif ialah turut berupaya mengetahui perkembangan pemilihan penguasa yang akan memegang hak-hak kita nantinya. dan pintar artinya jangan melihat calon berdasarkan patronitas tapi berdasarkan program yang akan dicapai. jika program yang kita kehendaki dijalankan maka kita pun akan merasakan kemenangan pilkada

Putra Rakyat mengatakan...

Menanggapi keruwetan dan kericuhan yang ada dan mungkin terjadi. sya cuma mo bilang sudahlah... capek.....gak usah ikut2an

Anonim mengatakan...

gini ya nyong n nona (panggilan buat laki n perempuan di NTT), sabanar na mah sonde (tidak) penting kita-kita pikirin mereka yang jadi calon pake duit ato nggaknya. menurutku sih yang perlu kita pikirkan adalah setelah mereka menjabat. kalo bener jadi pemimpin, ya syukur alhamdullillah. tapi kalo jadi pejabat tapi tidak bisa mengembangkan daerahnya plus KKN, itu yang musti kita pikirkan.. IYA TO...

tina mengatakan...

Buat yang di NTT, emang si ga perlu dipikirin mereka nyalon pake duit ato ga. tapi kan biasanya kalo nyalonnya aja udah ngluarin duit banyak, waktu udah menjabat jadi mikirin balik modal aja....^_^

Pertengahan tahun 2008 ini di Jatim juga mau ada Pilgub. Sekarang udah mulai rame calon2nya. Yang udah pasti ada tiga pasang. Sutjipto dari PDIp, Soekarwo dari Demokrat n Soenaryo dari PKB. Isu yg lagi rame dibahas itu soal Cagub dr Demokrat yang biasanya dipanggil Pa'de karwo. Berdasarkan lidsus (penyelidikan khusus) yg dilakukan, t'nyata Pa'de ini ada hubungan keluarga sama org2 kiri. Bapaknya aja meninggal tahun 1965 akibat dikeroyok warga setelah terjadi pemberontakan PKI dan sampai saat ini kuburannya ga' ada yang tahu ada dimana. Nah waktu tahun 65 itu, si Pa'de ini masih SMA, berarti kan dia udah lumayan paham tentang apa yang terjadi. Kalau udah gitu kan tidak menutup kemungkinan dia punya dendam sama warga yang ngeroyok bapaknya. Tapi, untuk Pilgub ini Pa'de dapet dukungan cukup kuat dari Gubernur Jatim yang saat ini lg njabat n kata orang Pa'de ini ya orang kepercayaannya P'Imam. Belum lagi yang ngusung Pa'de jadi gubernur itu kan partainya presiden kita n memang tidak ada salahnya keluarga mantan komunis jadi pejabat wong mantan tapol aja diperbolehkan kok jadi pejabat. Kira-kira Pa'de ini bisa dapet dukungan rakyat ga ya kalau mereka tahu latar belakang keluarganya? Namanya juga demokrasi, semua keputusan ada pada rakyat, jadi kita tunggu aja hasilnya sapa yang menang di Pilgub Jatim 2008 ini. semoga yang terbaik yang akan dihasilkan nantinya...Amin.

boy_Zone mengatakan...

salam hangat dari kupang!!!

Gusdur: "PKI aja kok ditakuti"
kalimat ini cukup menggelitik, karena sepertinya gusdur ini sudah tidak lagi memandang PKI sebagai kekuatan yang mengancam alias seperti anak kecil yang menangis meraung-raung meminta mainan dari orang tuanya. dia cuma bisa meraung-raung tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

kalau hak untuk dipilih, kita memang tidak bisa berbuat banyak untuk menghalang-halangi seseorang maju dalam suatu pemilihan. namanya saja demokrasi.
tapi di dalam demokrasi juga dihalalkan pembentukan opini dan pembunuhan karakter kan.. semua sah-sah saja dan bebas-bebas saja.

GUNAKAN DEMOKRASI UNTUK KEPENTINGANMU.. KARENA DI DALAMNYA KAMU BISA BERBUAT APA SAJA.

innocentcriminal mengatakan...

di kepri...pilkada belum berjalan, namun ada hal yang lebih menarik, agenda Kepri saat ini adalah membentuk anggota KPUD, disinilah letak keunikkannya karna pembentukan ini diwarnai oleh saling tuduh antar parpol maupun LSM yang pada intinya mnecurigai adanya kecurangan dari calon2 yang tengah dalam tahap seleksi...

coba teman2 bayangkan, kalau anggota KPUD nya, yang notabene adalah pengawas dari Pilkada, tidak dipercaya, bagaimana pilkada dapat berjalan lancar...

jangan pernah lupa kasus-kasus pilkada di maluku Utara, Sulawesi Tenggara, dan di daerah lainnya...

jangan lengah untuk terus memantau KPUD karna, demokrasi ada di tangan kita, putra rakyat!!!