Sabtu, April 12, 2008

Deklarasi Sutiyoso For President 2009 di Semarang

SEMARANG (3/4/2008) berlangsung Deklarasi Sutiyoso For President 2009 di Hotel Pandanaran Jl. Pandanaran Semarang.

Dalam acara itu hadir pula Ismangoen Noto Saputro (Ketua Yayasan Obor) dan Yusuf Kertanegara (mantan Pangdam IV Diponegoro). Dalam acara tersebut, Sutiyoso (Bang Yos) menyampaikan semenjak tahun 1997, Indonesia mulai diterpa krisis moneter (krismon). Semenjak itu pula, Indonesia mengalami krisis multi dimensi yang menyentuh semua bidang kehidupan terutama di ibukota negara Indonesia yaitu Jakarta. Pada tahun 1997 itulah, Bang Yos dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta. Krismon 1997 tidak hanya Indonesia yang mengalaminya namun seluruh Asia juga mengalaminya. Akan tetapi, mengapa sampai sekarang hanya Indonesia yang masih terpuruk dan belum mampu recovery. Pada masa 2 tahun kepemimpinan Bang Yos sebagai Gubernur DKI Jakarta (tahun 1999), Indonesia mengadakan Pemilu demokratis yang pertama. Pemilu 1999 dikatakan demokratis dikarenakan pada Pemilu-Pemilu sebelumnya di Indonesia, sebelum Pemilu dilangsungkan kita sudah tahu siapa pemenangnya. Namun Pemilu 1999 di Indonesia khususnya Jakrata di bawah kepemimpinannya bisa berjalan damai. Pemerintahan Indonesia semenjak dahulu selalu sentralistik. Padahal kondisi geografis Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau dan dipisahkan lautan, lebih tepat menggunakan sistem desentralistik. Sistem desentralistik ini sesuai dengan UU No 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004. Namun aplikasinya pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah masih bias. Pemerintah pusat sulit memberi kewenangan penuh kepada pemerintah daerah karena takut kehilangan ”rejeki”. Hukum di Indonesia saat ini, dilaksanakan secara tebang pilih. Bahkan fakta di lapangan menyatakan suatu tindakan kriminal yang dilakukan secara berjamaah jarang tersentuh hukum seperti menjarah pusat perbelanjaan beramai-ramai, menghancurkan rumah walikota beramai-ramai dan masih banyak contoh lainnya. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan anarkis masyarakat kita, akibatnya tidak sebatas kerugian materil dari korban perusakan namun menyebabkan investor takut untuk menanamkan modalnya di Indonesia (kerugian ekonomi nasional). Bang Yos terkadang suka membuat keputusan yang kurang populis seperti pembuatan Busway, Monorail dan pemugaran Taman Monas. Biarlah saat ini, rakyat berdemo bahkan membakar patung Bang Yos namun ke depannya rakyat senang. Pembangunan Busway di Monorail dikmaksudkan untuk mencegah stagnansi transportasi di Jakarta. Hal ini dikarenakan setiap hari jumlah mobil di Jakarta bertambah 269 unit dan motor 1035 unit. Kalau hal ini tidak diantisipasi tahun 2014, mobil yang baru keluar dari garasinya sudah terjebak kemacetan. Bang Yos berjanji jika dirinya terpilih menjadi Presiden RI, dirinya akan membangkitkan perindustrian dalam negeri seperti : PT Dirgantara, PINDAD dan PT PAL dengan memesan produk dari perusahaan dalam negeri tersebut. Reformasi seharusnya tidak merupakan cita-cita saja. Namun ada tindakan konkret untuk memulainya. Sudah saatnya sekarang, pemerintahan di Indonesia melakukan reformasi pada administrasi negara untuk menghilangkan jalur birokrasi yang rumit untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga para pejabat tinggi pada instansi pemerintahan harus ditantang untuk menertibkan instansinya dari budaya KKN. Bang Yos sampai saat ini diusung oleh Partai Solidaritas Nasional (PSN), gabungan 11 parpol kecil dan Paguyuban Peduli Bangsa dan Negara.

Tidak ada komentar: